Mengulas Film “Alangkah Lucunya Negeri
Ini”
Film
ini di sutradarai oleh Deddy Mizwar dengan pemainnya Reza Rahadian, Tika
Bravani, Asrul Dahlan dan lain sebagainya. Film ini sangat bagus dikarenakan
nilai yang tersirat dan tersurat di dalamnya. Film ini dimulai dengan Muluk
yang diperankan oleh Reza Rahadian yang
sedang berjalan dan melintasi rel walaupun kereta api sudah berjalan ke arahnya
yang seperti menyiratkan tentang masyarakat yang menyepelekan peraturan dan
keselamatan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan pemandangan pasar yang
menampilkan berbagai macam tradisi masyarakat yang masih mempercayai ramalan,
mempercayai kekuatan batu cincin, jimat dan lain sebagainya. Muluk yang sedang
melihat-lihat aktivitas ini kemudian mendapati kerjasama pencopetan yang
dilakukan oleh anak-anak.
Muluk
akhirnya menangkap pencopet itu dan Muluk menasehati pencopet itu untuk meminta
yang baik-baik namun pencopet itu menjawab bahwa dia bukan peminta-minta dia
adalah pencopet. Mendengar jawaban itu Muluk tidak dapat menjawab lagi dan
akhirnya melepaskan pencopet itu. Setalah itu Muluk melanjutkan dengan mencari
pekerjaan, sudah beberapa perusahaan ia datangi namun tidak ada hasil. Di lain tempat
Pak Makbul, ayah Muluk sedang berdebat dengan Haji Sarbini calon mertua Muluk
tentang pentingnya pendidikan. Haji Sarbini menyatakan bahwa pendidikan tidak
ada gunanya jika akhirnya menganggur namun Pak Makbul mengatakan bahwa
pendidikan itu penting dengan pendidikan itu maka akan menetukan kemajuan suatu
negara.
Muluk
yang masih berusaha keras mencari
pekerjaan akhirnya bertemu kembali dengan pencopet yang kemarin. Pencopet itu
membawa Muluk ke tempat tinggalnya, disini Muluk bertemu dengan bos pencopet
dan Muluk pun menawarkan kerjasama agar dapat memanajemen uang hasil
pencopetan. Bos pun setuju dan besoknya bos tersebut memperkenalkan anggota
pencopet. Pencopet dibagi menjadi 3 kelompok, yang pertama copet Mall dengan
ketuanya Glen, copet Pasar dengan ketuanya Komet, dan copet Angkot dengan
ketuanya Ribut. Lalu Muluk pun menjelaskan kepada pencopet-pencopet itu bahwa
nantinya uang hasil mencopet akan dipotong 10% yang akan dikelola dan sebagian
lagi digunakan untuk membuat usaha baru.
Pencopet-pencopet
itu menentang peraturan Muluk namun akhirnya dengan paksaan dari bos mereka pun
setuju. Hari pertama Muluk bekerja sebagai pengembangan sumber daya manusia di
tempat tinggal pencopet, Muluk menyadari bahwa pencopet-pencopet tersebut tidak
sekolah sehingga tidak bisa membaca. Waktu terus berjalan uang yang dikelola Muluk
ditabung di Bank Muamalat, sebagian lagi digunakan untuk membeli motor dan
untuk modal usaha baru yaitu usaha asongan. Semua pencopet tidak mau menjadi
pedagang asongan karena hasilnya yang sedikit lalu Muluk mencoba membujuk bos
untuk membujuk pencopet-pencopet tersebut agar mau beralih profesi menjadi
pedagang asongan. Langkah awal yang dilakukan Muluk yaitu mendidik
pencopet-pencopet tersebut. Muluk mengajak rekannya Samsul, seorang Sarjana Pendidikan untuk
menjelaskan betapa pentingnya pendidikan.
Sebenarnya
Samsul juga kurang yakin dengan pentingnya pendidikan dikarenakan walaupun ia
sudah sekolah tinggi namun ia belum mendapatkan pekerjaan, dengan penjelasan
seadanya Samsul mengatakan bahwa dengan pendidikan maka uang yang akan
dihasilkan dapat lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan, Samsul mencontohkan
koruptor adalah pencopet yang berpendidikan, namun bukan itu tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan Samsul tidak mampu menjelaskan karena ia juga kurang yakin
dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Muluk pun mengakhiri penjelasannya
ini dan mengalihkan pembicaraan mengenai jadwal belajar supaya tidak
bertumbukan dengan jadwal pencopetan. Pertama kali Samsul mengajari pencopet-pencopet
itu menulis huruf A. Samsul mengajari anak-anak tersebut dengan aturan yang
umum namun anak-anak tersebut tidak menerima.
Akhirnya
Samsul mengalah dan membiarkan anak-anak tersebut menulis bebas asalkan dapat membentuk
huruf A, disini penerapan metode belajar yang bebas disesuaikan dengan pencopet
agar pencopet mau dan mampu memahami apa yang diajarkan. Setelah berjalannya
waktu Haji Rahmat meminta Muluk untuk membantu Pipit mendapatkan pekerjaan,
Muluk pun menyanggupinya dan membawa Pipit ke tempat tinggal pencopet, alangkah
kagetnya Pipit saat pertama kali melihat tempat tinggal tersebut terlebih lagi
saat tahu yang akan diajarinya adalah pencopet. Dengan penjelasan dari Muluk
bahwa pencopet juga tidak jauh berbeda dengan koruptor maka jika Pipit biasa
saja dengan koruptor seharusnya Pipit juga biasa saja dengan pencopet. Disini
Pipit bertugas sebagai guru agama untuk mengajarkan antara baik dan buruk
kepada anak-anak. Pertama kali yang diajarkan Pipit adalah mengajarkan tentang
syahadat dan membiasakan anak-anak pencopet untuk mandi.
Waktu
terus berjalan, sudah banyak hal yang telah diajarkan disini mulai dari
nasionalisme, kereligiusan, menghitung, membaca, olahraga, dan lain sebagainya.
Hingga muncul permasalah baru yaitu tiba-tiba Pak Makbul dan Pak Rahmat
ingin ikut ke tempat kerja Makmul dan
Pipit dan juga mereka akan mengajak Pak Sarbini supaya Pak Sarbini sadar akan
pentingnya pendidikan. Pipit pun akhirnya setuju mengantarkan beliau - beliau
ke tempat kerja Muluk. Bersamaan dengan itu sebenarnya Muluk dan Samsul sedang
mengadakan acara bagi anak - anak pencopet untuk menyambut masa depan baru
menjadi pengasong. Dalam hati Pak Makbul ada rasa kecewa dan menyadari bahwa
selama ini uang yang dihasilkan Muluk adalah uang haram. Namun, beliau hanya
diam karena di sisi lain beliau juga mengakui keberhasilan Muluk dan
kawan-kawan dalam mendidik anak - anak ini.
Setelah
itu beliau – beliau ini pulang dan sambil berjalan pulang Pak Makbul
mengungkapkan rasa kecewanya terhadap pekerjaan Muluk karena uang yang
digunakan untuk menggaji Muluk adalah uang hasil copetan yang haram. Setelah
Muluk pulang ke rumah, Pak Makbul segera mengembalikan barang-barang milik
Muluk dan tidak mau menggunakan uang dari Muluk lagi. Hal ini juga terjadi di
rumah Pipit, Pak Rohmat meminta Pipit untuk tidak menerima gaji dari hasil
mencopet. Alangkah tersentuh hatinya Pipit dan Muluk melihat orang tua mereka
sedih dan berdo’a untuk mereka. Pipit dan Muluk akhirnya memutuskan untuk tidak
menerima uang haram itu lagi dan berhenti dari pekerjaan tersebut namun, hal itu ditentang oleh Samsul. Samsul merasa
selama ini dia sudah menjadi orang yang berguna dengan mengajari
pencopet-pencopet tersebut. Namun, keputusan Pipit dan Muluk sudah bulat,
esoknya mereka akan berhenti dan mengembalikan uang maupun barang dari pencopet
– pencopet itu.
Setelah
kepergian Pipit, Muluk, dan Samsul pencopet – pencopet tersebut dimarahi
habis-habisan oleh bos nya karena mereka tidak ada yang mau menjadi pengasong
yang berarti selama ini apa yang dilakukan Muluk dan kawan-kawan tidak berarti
apa-apa. Setelah dimarahi, pencopet-pencopet tersebut akhirnya sadar dan ada
yang mau menjadi pengasong salah satunya Komet
dan lima orang temannya yang selebihnya masih menjadi pencopet.
Sementara itu, setelah berhenti dari pekerjaan ini Muluk belajar menjadi sopir,
Samsul kembali bermain “gaplek” dan Pipit kembali asyik mengikuti kuis-kuis
berhadiah di TV. Di jalan, Muluk
bertemu kembali dengan Glen yang dikejar massa karena ketahuan mencopet dan
selanjutnya bertemu dengan Komet dan teman-teman yang sedang mengasong,
alangkah bahagianya Muluk melihat perubahan Komet. Namun, tiba-tiba ada petugas
satpol PP yang akan menangkap mereka. Muluk tidak tinggal diam ia segera
membantu Komet dan kawan-kawan untuk melarikan diri dan akhirnya Muluk yang
ditangkap. Beginilah akhir cerita dari film Alangkah Lucunya Negeri Ini.
Dari
kisah ini saya dapat menyimpulkan bahwa seharusnya kita memberikan sanksi yang
lebih terhadap Koruptor yang jelas-jelas mengambil uang rakyat dan menjadikan
rakyat ini menderita kemiskinan. Jika tidak ada Koruptor maka tidak ada
Pencopet dan Kriminal yang lain. Karena perbuatan kriminal merupakan hasil dari
ketidakadilan. Dan seharusnya peran penting pendidikan bisa diterapkan dengan
mengangkat derajat dan martabat manusia. Sehingga tidak ada lagi orang yang
meragukan akan arti pentingnya pendidikan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar