Sabtu, 23 Maret 2013

Alangkah Lucunya Negeri Ini


Mengulas Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”
           
Film ini di sutradarai oleh Deddy Mizwar dengan pemainnya Reza Rahadian, Tika Bravani, Asrul Dahlan dan lain sebagainya. Film ini sangat bagus dikarenakan nilai yang tersirat dan tersurat di dalamnya. Film ini dimulai dengan Muluk yang diperankan oleh Reza Rahadian  yang sedang berjalan dan melintasi rel walaupun kereta api sudah berjalan ke arahnya yang seperti menyiratkan tentang masyarakat yang menyepelekan peraturan dan keselamatan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan pemandangan pasar yang menampilkan berbagai macam tradisi masyarakat yang masih mempercayai ramalan, mempercayai kekuatan batu cincin, jimat dan lain sebagainya. Muluk yang sedang melihat-lihat aktivitas ini kemudian mendapati kerjasama pencopetan yang dilakukan oleh anak-anak.
Muluk akhirnya menangkap pencopet itu dan Muluk menasehati pencopet itu untuk meminta yang baik-baik namun pencopet itu menjawab bahwa dia bukan peminta-minta dia adalah pencopet. Mendengar jawaban itu Muluk tidak dapat menjawab lagi dan akhirnya melepaskan pencopet itu. Setalah itu Muluk melanjutkan dengan mencari pekerjaan, sudah beberapa perusahaan ia datangi namun tidak ada hasil. Di lain tempat Pak Makbul, ayah Muluk sedang berdebat dengan Haji Sarbini calon mertua Muluk tentang pentingnya pendidikan. Haji Sarbini menyatakan bahwa pendidikan tidak ada gunanya jika akhirnya menganggur namun Pak Makbul mengatakan bahwa pendidikan itu penting dengan pendidikan itu maka akan menetukan kemajuan suatu negara.
Muluk yang  masih berusaha keras mencari pekerjaan akhirnya bertemu kembali dengan pencopet yang kemarin. Pencopet itu membawa Muluk ke tempat tinggalnya, disini Muluk bertemu dengan bos pencopet dan Muluk pun menawarkan kerjasama agar dapat memanajemen uang hasil pencopetan. Bos pun setuju dan besoknya bos tersebut memperkenalkan anggota pencopet. Pencopet dibagi menjadi 3 kelompok, yang pertama copet Mall dengan ketuanya Glen, copet Pasar dengan ketuanya Komet, dan copet Angkot dengan ketuanya Ribut. Lalu Muluk pun menjelaskan kepada pencopet-pencopet itu bahwa nantinya uang hasil mencopet akan dipotong 10% yang akan dikelola dan sebagian lagi  digunakan untuk membuat usaha baru.
Pencopet-pencopet itu menentang peraturan Muluk namun akhirnya dengan paksaan dari bos mereka pun setuju. Hari pertama Muluk bekerja sebagai pengembangan sumber daya manusia di tempat tinggal pencopet, Muluk menyadari bahwa pencopet-pencopet tersebut tidak sekolah sehingga tidak bisa membaca. Waktu terus berjalan uang yang dikelola Muluk ditabung di Bank Muamalat, sebagian lagi digunakan untuk membeli motor dan untuk modal usaha baru yaitu usaha asongan. Semua pencopet tidak mau menjadi pedagang asongan karena hasilnya yang sedikit lalu Muluk mencoba membujuk bos untuk membujuk pencopet-pencopet tersebut agar mau beralih profesi menjadi pedagang asongan. Langkah awal yang dilakukan Muluk yaitu mendidik pencopet-pencopet tersebut. Muluk mengajak rekannya  Samsul, seorang Sarjana Pendidikan untuk menjelaskan betapa pentingnya pendidikan.
Sebenarnya Samsul juga kurang yakin dengan pentingnya pendidikan dikarenakan walaupun ia sudah sekolah tinggi namun ia belum mendapatkan pekerjaan, dengan penjelasan seadanya Samsul mengatakan bahwa dengan pendidikan maka uang yang akan dihasilkan dapat lebih banyak  dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan, Samsul mencontohkan koruptor adalah pencopet yang berpendidikan, namun bukan itu tujuan pendidikan yang sebenarnya dan Samsul tidak mampu menjelaskan karena ia juga kurang yakin dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Muluk pun mengakhiri penjelasannya ini dan mengalihkan pembicaraan mengenai jadwal belajar supaya tidak bertumbukan dengan jadwal pencopetan. Pertama kali Samsul mengajari pencopet-pencopet itu menulis huruf A. Samsul mengajari anak-anak tersebut dengan aturan yang umum namun anak-anak tersebut tidak menerima. 
Akhirnya Samsul mengalah dan membiarkan anak-anak tersebut menulis bebas asalkan dapat membentuk huruf A, disini penerapan metode belajar yang bebas disesuaikan dengan pencopet agar pencopet mau dan mampu memahami apa yang diajarkan. Setelah berjalannya waktu Haji Rahmat meminta Muluk untuk membantu Pipit mendapatkan pekerjaan, Muluk pun menyanggupinya dan membawa Pipit ke tempat tinggal pencopet, alangkah kagetnya Pipit saat pertama kali melihat tempat tinggal tersebut terlebih lagi saat tahu yang akan diajarinya adalah pencopet. Dengan penjelasan dari Muluk bahwa pencopet juga tidak jauh berbeda dengan koruptor maka jika Pipit biasa saja dengan koruptor seharusnya Pipit juga biasa saja dengan pencopet. Disini Pipit bertugas sebagai guru agama untuk mengajarkan antara baik dan buruk kepada anak-anak. Pertama kali yang diajarkan Pipit adalah mengajarkan tentang syahadat dan membiasakan anak-anak pencopet untuk mandi.
Waktu terus berjalan, sudah banyak hal yang telah diajarkan disini mulai dari nasionalisme, kereligiusan, menghitung, membaca, olahraga, dan lain sebagainya. Hingga muncul permasalah baru yaitu tiba-tiba Pak Makbul dan Pak Rahmat ingin  ikut ke tempat kerja Makmul dan Pipit dan juga mereka akan mengajak Pak Sarbini supaya Pak Sarbini sadar akan pentingnya pendidikan. Pipit pun akhirnya setuju mengantarkan beliau - beliau ke tempat kerja Muluk. Bersamaan dengan itu sebenarnya Muluk dan Samsul sedang mengadakan acara bagi anak - anak pencopet untuk menyambut masa depan baru menjadi pengasong. Dalam hati Pak Makbul ada rasa kecewa dan menyadari bahwa selama ini uang yang dihasilkan Muluk adalah uang haram. Namun, beliau hanya diam karena di sisi lain beliau juga mengakui keberhasilan Muluk dan kawan-kawan dalam mendidik anak - anak ini.
Setelah itu beliau – beliau ini pulang dan sambil berjalan pulang Pak Makbul mengungkapkan rasa kecewanya terhadap pekerjaan Muluk karena uang yang digunakan untuk menggaji Muluk adalah uang hasil copetan yang haram. Setelah Muluk pulang ke rumah, Pak Makbul segera mengembalikan barang-barang milik Muluk dan tidak mau menggunakan uang dari Muluk lagi. Hal ini juga terjadi di rumah Pipit, Pak Rohmat meminta Pipit untuk tidak menerima gaji dari hasil mencopet. Alangkah tersentuh hatinya Pipit dan Muluk melihat orang tua mereka sedih dan berdo’a untuk mereka. Pipit dan Muluk akhirnya memutuskan untuk tidak menerima uang haram itu lagi dan berhenti dari pekerjaan tersebut  namun, hal itu ditentang oleh Samsul. Samsul merasa selama ini dia sudah menjadi orang yang berguna dengan mengajari pencopet-pencopet tersebut. Namun, keputusan Pipit dan Muluk sudah bulat, esoknya mereka akan berhenti dan mengembalikan uang maupun barang dari pencopet – pencopet itu.
Setelah kepergian Pipit, Muluk, dan Samsul pencopet – pencopet tersebut dimarahi habis-habisan oleh bos nya karena mereka tidak ada yang mau menjadi pengasong yang berarti selama ini apa yang dilakukan Muluk dan kawan-kawan tidak berarti apa-apa. Setelah dimarahi, pencopet-pencopet tersebut akhirnya sadar dan ada yang mau menjadi pengasong salah satunya Komet  dan lima orang temannya yang selebihnya masih menjadi pencopet. Sementara itu, setelah berhenti dari pekerjaan ini Muluk belajar menjadi sopir, Samsul kembali bermain “gaplek” dan Pipit kembali asyik mengikuti kuis-kuis berhadiah di TV. Di jalan, Muluk bertemu kembali dengan Glen yang dikejar massa karena ketahuan mencopet dan selanjutnya bertemu dengan Komet dan teman-teman yang sedang mengasong, alangkah bahagianya Muluk melihat perubahan Komet. Namun, tiba-tiba ada petugas satpol PP yang akan menangkap mereka. Muluk tidak tinggal diam ia segera membantu Komet dan kawan-kawan untuk melarikan diri dan akhirnya Muluk yang ditangkap. Beginilah akhir cerita dari film Alangkah Lucunya Negeri Ini.
Dari kisah ini saya dapat menyimpulkan bahwa seharusnya kita memberikan sanksi yang lebih terhadap Koruptor yang jelas-jelas mengambil uang rakyat dan menjadikan rakyat ini menderita kemiskinan. Jika tidak ada Koruptor maka tidak ada Pencopet dan Kriminal yang lain. Karena perbuatan kriminal merupakan hasil dari ketidakadilan. Dan seharusnya peran penting pendidikan bisa diterapkan dengan mengangkat derajat dan martabat manusia. Sehingga tidak ada lagi orang yang meragukan akan arti pentingnya pendidikan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar