Sabtu, 23 Maret 2013

TEORI BEHAVIORISTIK


TEORI BEHAVIORISTIK
Teori Behaviorism juga biasa disebut S-R Conditioning. Kelompok ini mencakup 3 teori yaitu S-R Bond, Conditioning dan Reinforcement. Kelompok teori ini berangkat dari asumsi bahwa anak/individu tidak memilki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Kelompok teori ini tidak mengakui sesuatu yang sifatnya mental. Perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat, diamati.
Teori S-R Bond (Stimulus-Responce) bersumber dari Psikologi Koneksionisme atau teori Assosiasi dan merupakan teori yang paling awal dari rumpum behaviorisme. Menurut konsep mereka kehidupan ini tunduk pada hukum stimulus-response atau aksi-reaksi. Demikian hal nya dengan belajar,tidak lain dari pada hubungan stimulus-respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hunagna stimulus-respon sebanyak-banyaknya. Tokoh utama dari teori ini adalah Edward L. Thorndike. Ada 3 hukum belajar yang sangat terkenal dari Thorndike, yaitu :”Law of readiness, Law of excercise or repetition and Law of effect” (Bigge ang Thurt, 1980, h. 273)
Menurut hukum kesiapan, hubungan antara stimulus dengan respons akan terbentuk atau mudah terbentuk apabila telah ada kesiapan pada sistem syaraf individu. Yang kedua hukum latihan atau pengulangan, hubungan anatar stimulus dengan respon akan terbentuk apabila sering dilatih atau diulang-ulang. Menurut hukum akibat (Law of effect), hubungan stimulus dan respon akan terjadi apbila ada akibat yang menyenangkan.
Teori kedua dari rumpun Behaviorisme adalah Conditioning atau Stimulus-Responce with Conditioning. Tokoh utama dari teori ini adalah Watson, terkenal dengan percobaan Conditioning pada anjing. Belajar atau pemebntukan hubungan antara stimulus dengan respon perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Sebelum anak-anak masuk kelas dibunyikan bel, demikian terjadi setiap hari dan setiap saat pertukaran jam pelajaran.
Teori ketiga, adalah reinforcement dengan tokoh utamanya C.L. Hull. Teori ini berkembang dari teori Psikologi Reinforcement, merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori S-R Bond dan Conditioning. Kalau pada teori conditioning, kondisi diberikan pada stimulus maka pada Reinforcement kondisi diberikan pada respons. Karena anak belajar sunguh-sungguh (stimulus) selain ia menguasai apa yang dipelajarinya (respon) maka guru memberi angka tinggi, pujian, mungkin juga hadiah.
Rumpun yang ketiga adalah Cognitive Gestalt Field. Teori belajar pertama dari rumpun ini adalah teori Insight. Aliran ini bersumber dari Psikologi Gestalt Field. Menurut mereka belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahamna terjadi apabila ada individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dalam lingkuangan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.
Teori belajar Goal Insight berkembang dari Psikologi Configurationalism. Menurut mereka individu selalu berinteraksi dengan lingkunagn. Perbuatan individu selalu bertujaun, diarahkan kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan. Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman yang telah teruji, yang berisi kecakapan menggunakan suatu objek,fakta, proses atau pun ide dalam berbagai situasi. Pemahaman tingkat tinggi memungkinkan seseorang bertindak inteligen, berwawasan luas, mampu memecahkan berbagai masalah.
Teori belajar Cognitive Field bersumber pada Psikologi Lapangan (Field Psikology), dengan tokoh utamnya Kurt Lewin. Individu selalu berada dalam suatu lapangan psikologis yang oleh Lewin disebut life space. Dalam lapangan ini selalu ada tujuan yang ingin dicapai ada motif yang mendorong pencapaian tujuan dan ada hambatan-hambatan yang harus diatasi.
Istilah Cognitive berasal dari bahasa latin “Cognoscere” yang berarti menegetahui (to know). Aspek ini dalam teori belajar cognitive field berkenaan dengan bagaimana individu memahami dirinya dan lingkungannya ,bagaimana ia menggunakan penegtahuan dan pengenalannya serta berbuat terhadap lingkungannya. Bagi penganut Cognitive Field, belajar merupakan suatu proses interaksi, dalam proses interaksi tersebut ia mendapatkan pemahaman baru atau menemukan struktur kognitif lama. Dalam membimbing proses belajar, guru harus mengerti akan dirinya dan orang lain, sebab dirinya dan orang lain serta lingkunganya merupakan suatu kesatuan.
PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN
Kurikulum Behavioristik adalah kurikulum yang lebih mengutamakan pengembangan keterampilan pada siswanya. Dasar kurikulum ini yaitu filsafat pragmatis. Filsafat pragmatis yaitu filsafat yang mengutamakan kegunaan atau manfaat yang akan dihasilkan dari pembelajaran penggunaan kurikulum behavioristik..
Tujuan pembelajaran/pendidikan
1.      Menjadikan tamatannya menjadi manusia yang berguna, yaitu manusia yang bisa langsung mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Menciptakan manusia yang terampil dalam kehidupan karena dalam pembelajaran ini penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian.
3.      Agar tamatan memilki kesiapan kemampuan untuk memasuki lapangan kerja.
4.      Menciptakan manusia cekatan agar mampu bekerja secara profesional.

MATERI/BAHAN PEMBELAJARAN
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan. Sesuai dengan bentuknya, sekolah yang menggunakan kurikulum behavioristik, menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan pekerjaan yang akan diambil. Berikut ini beberapa pilihan penyajian materi/bahan yang ditawarkan dalam kurikulum behavioristik:
1. Prosedur                  : misalnya untuk pembelajaran tata boga.
2. Sistematika              :misalnya dalam pembuatan karya ilmiah.
3. Job deskripsi           :misalnya dalam pembelajaran bisnis.
4. Kerangka kerja        :misalnya dalam penelitian.
5. analisis                     :misalnya dalam menganalisa suatu masalah
6. Evaluasi                   :upaya penilaian secara teknis dan ekonomis terhadap suatu mata pelajaran
7. Pragmatis                :misalnya dalam pembelajaran teknologi.

METODE PENDIDIKAN
            Walaupun hakikatnya pendekatan kompetensi yang digunakan dalam pengembangan lebih menitikberatkan pada sisi tingkat pencapaian kemampuan hasil belajar siswa (product oriented),  tapi dalam rangka upaya menanamkan nilai-nilai etos kerja secara positif, rancangan kurikulum behavioristik tetap memberikan perhatian yang proporsional terhadap proses pembelajarannya. Karena diyakini sepenuhnya, bahwa sikap dan etika kerja yang baik hanya dapat dibina dengan baik melalui proses pembelajaran pembiasaan (habit forming) .
            Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan sekaligus terkait dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja, sejak awal kurikulum behavioristik sengaja dirancang dan dipertimbangkan kemungkinan lebih banyak memberikan kesempatan belajar kepada siswa melalui pengalaman nyata di lapangan pekerjaan. Niat tersebut diwujudkan dalam bentuk :
1.      Penggunaan Pendekatan Kompetensi secara konsisten dalam pengembangan, sehingga melahirkan rumusan profil kemampuan tamatan yang menjadi acuan utama dalam menetapkan keputusan implementasi dan pengembangan kurikulum di lapangan. Dengan acuan profil kemampuan tamatan tersebut, memungkinkan pengguna kurikulum behavioristik menggunakan berbagai pola penyelenggaraan pendidikan tanpa harus terpaku kepada pola konvensional, misanya dapat menggunakan pola  magang secara variatif.
2.      Penambahan waktu untuk kegiatan PKL (Pengalaman Kerja Lapangan) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan intrakurikuler, sehingga memungkinkan setiap siswa memperoleh pengalaman kerja rata-rata lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
SARANA/FASILITAS
Sesuai dengan bentuknya, kurikulum behavioristik menyediakan sarana yang disesuaikan dengan jenis program studi. Contoh sarana dalam kurikulum behavioristik:
            1. Bengkel kerja          :misalnya dalam pembelajaran teknik
2. Laboratorium          :misalnya dalam penelitian
3. Lahan tanah             :misalnya dalam pembelajaran pertanian
4. Koperasi                  :misalnya dalam pembelajaran ekonomi
5. Bank mini                :misalnya dalam pembelajaran akuntansi


SISTEM EVALUASI
Sistem evaluasi yang diterapkan dalam kurikulum behavioristik ada 4 macam yaitu :
1. Praktek        : evaluasi ini digunakan agar siswa mampu menerapkan apa yang dipelajari di lapangan. Misalnya: menjadi tenaga magang di sebuah perusahaan.
2. Produk        : Mampu membuat sebuah karya yang berhubungan dengan program studi yang dipelajari. Misalnya: membuat produk makanan bagi siswa SMK jurusan Tata Boga.
3. Proses          : Perkembangan siswa dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik.
4. Pengamatan

GURU DALAM BEHAVIORISTIK
Guru dalam kurikulum behavioristik memiliki kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
1. Ketrampilan tinggi / ahli     : Guru harus memiliki ketrampilan tinggi dan ahli dalam program studi yang diajarkannya.
2. Tokoh masyarakat              
3. Nara sumber            :Guru harus mampu menjadi narasumber yang benar dengan memberi contoh cara kerja yang benar, menunjukkan kemanfaatan materi yang dipelajari siswa, agar dapat menumbuhkan motivasi belajar secara positif. Guru mempunyai pengalaman di bidang yang diajarkan sehingga  lebih mendalami pokok bahasan yang diajarkan.
4. Spesialis      :Guru memang ahli dalam bidang yang diajarkan.
5. Mandiri .
SISWA DALAM BEHAVIORISTIK
Siswa dalam pembelajaran behavioristik mempunyai ciri-ciri:
1. Anak berbakat
2. Sehat fisik dan psikis
3. Semangat tinggi
4. Bisa  mandiri
5. Bisa kerjasama
6. Energik












BAB III
PENUTUP

1)   Kesimpulan
·      Kurikulum Behavioristik adalah kurikulum yang lebih mengutamakan pengembangan keterampilan pada siswanya.
·      Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan sekaligus terkait dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja, sejak awal kurikulum behavioristik sengaja dirancang dan dipertimbangkan kemungkinan lebih banyak memberikan kesempatan belajar kepada siswa melalui pengalaman nyata di lapangan pekerjaan
·         Sistem evaluasi yang diterapkan dalam kurikulum behavioristik ada 4 macam yaitu : praktek, produk, proses, pengamatan.

2)      SARAN

Setiap kurikulum mempunyai  kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga disarankan dalam penggunaan kurikulum didasarkan pada kebutuhan yang ingin dicapai nantinya. Jika ingin mencetak siswa yang mempunyai ketrampilan tinggi diharapkan menggunakan kurikulum behavioristik. Karena kurikulum ini mempunyai tujuan utama untuk menciptakan lulusan yang mempunyai ketrampilan yang selanjutnya mampu digunakan dalam lapangan kerja.





                                               
                                                DAFTAR PUSTAKA


Yamin,Moh.2009.Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan.Yogyakarta: DIVA Press
Achmady,Z.A.1993.Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar