BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Bahasa
merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa bahasa seseorang tidak dapat
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Bahasa juga merupakan sarana untuk bergaul. Sejak seorang bayi
mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan.
Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang
(bayi anak) dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa satu suku
kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dan
menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan
bahasa selalu terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor
intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
Seseorang yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat
sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana.
Afektif
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta,
mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan.Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu
disebut warna afektif. Jadi
perkembangan afektif remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi
individual.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1) Pengertian
perkembangan bahasa
2) Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
3) Perbedaan
individual dalam kemampuan dan perkembangan bahasa
4) Pengaruh
kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berfikir
5) Perkembangan
afektif remaja yang berkaitan erat dengan emosi individual.
6) Keterkaitan
antara emosi dan afektif.
7) Karakteristik
perkembangan emosi.
8) Ciri
ciri emosional remaja.
9) Metode
belajar penunjang dan hubungan serta pengaruh antara emosi dan tingkah laku
III.
TUJUAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan
fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Hal ini akan mempengaruhi
perkembangan bahasa oleh karena itu, setelah membaca dan mempelajari makalah
ini maka diharapkan para pembaca bisa memahami :
1. Menjelaskan
Pengertian perkembangan bahasa
2. Menguraikan
Karakteristik perkembangan bahasa remaja
3. Menguraikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
4. Menjelaskan
Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir
5. Membandingkan
Perbedaan individual dalam kemampuan dan perkembangan bahasa
6. Mengetahui
Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
7. Menjelaskan
Perkembangan afektif remaja yang berkaitan erat dengan emosi individual.
8. Menguraikan
Keterkaitan antara emosi dan afektif.
9. Menguraikan
Karakteristik perkembangan emosi.
10. Menjelaskan
Metode belajar penunjang dan hubungan serta pengaruh antara emosi dan tingkah
laku
BAB II
PEMBAHASAN
A)
PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA
1.
Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya
dengan orang lain. bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu
penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan
berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan
orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan
hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan
meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata,
dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi
dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Bahasa
digunakan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu
sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan
dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna (Tarigan,
1986:10).
Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang
serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal
yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan
cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum
mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi
‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang
didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan
memperjelas.
Belajar
bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh
tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu
dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk
dapat memahami dan dipahami orang lain.
2.
Karakteristik Perkembangan Bahasa
Remaja
Bahasa remaja
adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan,
dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan
remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman
sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang
berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam perilaku bahasa.
Bersamaan
dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses
belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala
ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan
sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam
masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak
(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam
kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok
yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang
dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara
khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh
lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan
yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata
sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan
pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang
pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Masa remaja,
terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa
asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana,
menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa
dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat
berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan
kepribadian lainnya.
Dalam
berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali
menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’. Disamping
bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini
terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap
menggunakannya. Menurut Piaaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap
perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan
bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada
tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya. Sejalan dengan
perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan
pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks.
Bahasa
seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Disamping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya
penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial
remaja. Menurut Erikson (1968), remaja memasuki
tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal
yang dominant terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan
identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas
sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa
gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas
independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa
Berbahasa terkait
erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
A)
Umur anak
Manusia
bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut
mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja
otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja
perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan
mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
B)
Kondisi
lingkungan
Lingkungan
tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa dipelajari
dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam
kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial
lainnya.
C)
Kecerdasan
anak
Untuk meniru
bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik
lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
D)
Status
sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang
berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial
tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan
tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa.
E)
Kondisi
fisik
Kondisi fisik
di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna
akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
F.
Peranan
Otak dalam Perkembangan Bahasa
Berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry (
Santrock & Yussen) bahwa proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak
sebelah kiri.Jadi apabila ada seseorang yang mengalami gangguan otak terutama
otak kiri,pasti dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Karena pada
otak kiri terdapat suatu area yang bernama ” wernick’s area” yang berfungsi
untuk pemahaman bahasa.Dan apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada
area ini sering terjadi pembicaraan yang tak berarti atau mengoceh.
G. Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa
Terdapat dukungan
sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu:
a)
Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan
kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya
bayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan
bahasa anak sejak usia dini.
b)
Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda,
mungkin dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan,
c)
Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama jika
kata-kata tersebut belum benar.
d)
Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita
dengan linguistik yang lebih baik.
4.
Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap
Kemampuan Berpikir
Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa
kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah
kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi
berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses
berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat
ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih
lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar.
Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam
bahasa.
5.
Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan
Perkembangan Bahasa
Menurut
Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas
berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan
mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak
tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang
mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan
bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan
berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa
berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan
merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai
dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan
yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
6.
Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja
dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau
kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak. Pertama, anak
perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan
cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar
hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah
dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid
mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah
dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan
bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan
model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk
diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan
di sekolah maupun dirumah.
B) PERKEMBANGAN
AFEKTIF REMAJA
Afektif
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta,
mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu
disebut warna afektif. Jadi
perkembangan afektif remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi
individual. Afektif remaja kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari
warna afektif akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam yang disebut emosi
(Sarlito, 1982). Sedangkan
pengertian emosi sendiri menurut Crow & Crow (1958) adalah sebagai
berikut :
“ An emotion, is an affective
experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and
physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his
overt behavior”.(Pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud tingkah laku yang
tampak)
Jadi,
emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
1. KETERKAITAN
ANTARA EMOSI DAN AFEKTIF
Emosi
adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik,
antara lain :
·
Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila
terpesona
·
Peredaran darah : bertambah cepat bila terkejut
·
Denyut jantung : bertambah cepat kalau kecewa
·
Pernapasan : Bernapas panjang kalau kecewa
·
Pupil mata : membesar kalau marah
·
Liur : mengering kalau takut dan tegang
·
Bulu roma : berdiri kalau takut
·
Pencernaan : buang-buang air kalau tegang
·
Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot
menegang atau bergetar
·
Komposisi darah : kompisi darah akan ikut berubah
karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif
2. KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN EMOSI
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketegangan keterangan emosional sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi
masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka.
a) Cinta / kasih sayang
Kemampuan untuk menerima
cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Perasaan cinta / kasih
sayang ini dapat disembunyikan.
b) Gembira
Rasa gembira akan dialami
apabila segala sesuatunya belangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami
kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau ia jatuh cinta
c) Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah merupakan gejala
yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam
perkembangan kepribadian. Melalui rasa marahnya seseorang mempertajam
tuntutannya sendiri dan pemilikan minatnya sendiri.
d) Ketakutan dan kecemasan
Banyak ketakutan-ketakutan
baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan
dengan perkembangan remaja. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya
dalam kehidupan, dapat hidup tanpa rasa takut.
3.
CIRI CIRI EMOSIONAL REMAJA
Ciri ciri emosional remaja Menurut
Biehler (1972) yang dikelompokan
menjadi beberapa periode yaitu antara lain:
A) Ciri-ciri emosional remaja berusia
12-15 tahun :
·
Banyak murung dan tidak dapat diterka
·
Bertingkah laku kasar
·
Ledakan kemarahan
·
Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan
membenarkan pendapatnya sendiri
·
Mulai mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih
objektif
B) Ciri-ciri emosional remaja berusia
15-18 tahun :
·
Pemberontakan
·
Mengalami konflik dengan orang tua mereka
·
Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Perkembangan
emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 960 :
266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi.
4.
METODE
BELAJAR PENUNJANG PERKEMBANGAN EMOSI
1. Belajar dengan cara coba-coba
Lebih umum
digunakan pada masa kanak-kanak awal, dibandingkan sesudahnya.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan
orang-orang yang diamati.
3. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak hanya menirukan orang
yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4. Belajar melalui pengkondisian
Dilakukan dengan cara
asosiasi, setelah melewati masa kanak-kanak. Penggunaan metode ini semakin
terbatas pada perkembangan masa suka dan tidak suka.
5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan,
terbatas pada aspek reaksi .
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang. Banyak
kondisi-kondisi sehubungan dengan pertumbuhan anak sendiri dalam hubungannya
dengan orang lain yang membawa perubahan-perubahan untuk menyatakan
emosi-emosinya ketika ia merasa remaja. Bertambahnya pengetahuan dan
pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman berpengaruh
terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
5.
Hubungan
Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Seseorang
yang tidak mudah terganggu emosinya cenderung mempunyai pencernaan yang
baik.Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara.Sikap
malu-malu, takut atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau
frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi
tertentu. Rangsangan
yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi
hasil belajar dan rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.
Dalam
perkembangan emosi terdapat dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka
waktu dari berbagai macam emosi, dan juga saat pemunculannya. Perbedaan ini
terlihat mulai sebelum masa bayi berakhir. Ekspresi emosional anak-anak,
berbeda-beda disebabkan oleh keadaan fisik anak, taraf intelektual dan kondisi
lingkungan. Emosi remaja awal cenderung
banyak melamun dan sulit diterka, cara yang dapat dilakukan guru adalah
konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa
yang penuh tanggung jawab.
Untuk mengatasi ledakan kemarahan kita
dapat mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru. Cara yang paling
baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah mencoba untuk mengerti
mereka dan melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan.
6.
Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja
awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal
yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan
memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru
dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak
yang lebih tenang dan lebih mudah ditanganni. Salah satu cara yang mendasar
adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan-ledakan
kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan
jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan
memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat minta
bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskudi kelas, tekankan
pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan /
meningkatkan pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang
sangat ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya
sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
Reaksi yang seringkali terjadi pada
diri remaja terhadap temuan-temuan mereka bahwa kesalahan orang dewasa
merupakan tantangan terhadap otoritas orang dewasa. Guru-guru di SMA
terperangkap oleh kemampuan siswa yang baru dalam menentukan/menemukan dan
mengangkat ke permukaan tentang kelemahan-kelemahan orang dewasa. Bertambahnya
kebebasan dari remaja seperti menambah “bahan bakar terhadap api”, bila banyak
dari keinginan-keinginannya langsung dihambat/dirintangi oleh guru-guru dan
orang tua. Satu cara untuk mengatasinya adalah meminta siswa mendiskusikan atau
menulis tentang perasaan-perasaan mereka yang negatif. Ingat bahwa meskipun
penting bagi guru untuk memahami alasan-alasan pemberontakannya adalah sama
pentingnya bagi remaja untuk belajar mengendalikan dirinya, karena hidup di
masyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasan-keterbatasan,
dan kebebasan individual.
Untuk menunjukkan kematangan mereka,
para remaja terutama laki-laki seringkali merasa terdorong untuk menentang
otoritas orang dewasa. Sebagai seorang guru di SMA, seseorang ada dalam posisi
otoritas, dan karena itu mungkin gurulah yang merupakan target dari
pemberontakaan dan rasa permusuhan mereka. Tampaknya cara yang paling baik
untuk menghadapi pemberontakan para remaja
adalah;
·
Pertama, mencoba untuk mengerti mereka.
·
Kedua, melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan
untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan. Satu
cara untuk membuktikan kedewasaan seseorang ialah terampil dalam melakukan
segala sesuatu. Jika guru menyadari sebagai seorang yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut pada diri siswa walaupun dalam
cara-cara yang amat terbatas, pemberontakan dan sikap permusuhan dalam kelas
dapat agak dikurangi.
Remaja ada dalam keadaan yang
membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orang tua
dalam keperluan-keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban kepada
pengasuhan yang mereka berikan dari saat dia tidak mampu memelihara dirinya
sendiri. Namun ia harus lepas dari orang tuanya agar ia menjadi orang dewasa
yang mandiri, sehingga adanya konflik dengan orang tua tidak dapat dihindari.
Apabila terjadi situasi seperti ini, para remaja mungkin merasa bersalah, yang
selanjutnya dapat memperbesar jurang antara dia dengan orang tuanya.
Seorang siswa yang merasa bingung
terhadap rantai peristiwa tersebut mungkin merasa perlu menceritakan
penderitaannya, termasuk mungkin rahasia-rahasia pribadinya kepada orang lain.
Karena itu seorang guru diminta untuk berfungsi dan bersikap seperti pendengar
yang simpatik. Siswa sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan
hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah. Misalnya, konflik dengan orang
tua dan apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah ia tamat sekolah. Salah
satu persoalan yang paling membingungkan yang dihadapi oleh guru ialah bagaiman
menghadapi siswa yang hanya mempunyai kecakapan terbatas tetapi yang selalu
“memimpikan kejayaan”. Seorang guru tidak ingin membuat mereka putus asa,
tetapi jika ia mendorong siswa tersebut untuk berusaha apa yang tidak mungkin
dilakukan, walaupun mungkin pernah mencoba namun gagal, dapat terjadi kegagalan
ini malah menambah kesengsaraan dalam hidupnya.
Barangkali penyelesaian yang paling
baik adalah mendorong anak itu untuk berusaha namun tetap mengingatkan dia
untuk menghadapi kenyataan-kenyataan. Menyarankan tujuan-tujuan pengganti yang
mungkin merupakan alternative cara membuat ambisi-ambisinya yang lebih
realistik dan mudah mengatasinya apabila mengalami kegagalan. Kebanyakan para
siswa di sekolah menengah atas menginginkan menjadi pegawai negeri/ pegawai
kantor meskipun kenyataannya hanya sebagian kecil saja yang mencapai tujuan
tersebut. Apabila ia menganggap remeh pekerjaan sebgai buruh, ini berarti bahwa
anak-anak muda yang memasuki dunia kerja tersebut mungkin tidak mempunyai atau
sedikit mempunyai kebanggaan terhadap apa yang mereka kerjakan.
Jadi, terdapat berbagai cara
mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan
dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum
berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa
memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah usia anak, kondisi keluarga
dan kondisi fisik anak terutama dari segi kesehatannya.
Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. bahwa
kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Afektif
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta,
mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan.Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu
disebut warna afektif. Jadi
perkembangan afektif remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi
individual.
Dalam perkembangan
afektif, individu sangat dipengaruhi oleh emosinya. Perkembangan afektif
berkaitan erat dengan emosional. Keduanya sangat sulit dipisahkan. Oleh
karenanya dalam pembahasan perkembangan afektif remaja banyak dikaitkan pada
perkembangan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Mas bied., perkembangan-bahasa-remaja,.
www.masbied.com/perkembangan-bahasa-remaja/,.
(diunduh 25 Mei 2012)
De kill.
2008. Perkembangan bahasa remaja,. www.de-kill.blogspot.com/perkembangan-bahasa-masa-remaja/.,
(diunduh pada 31 Mei 2012).
Id shvoong.
Mengapa remaja suka menggunakan bahasa,. www. id.shvoong.com/social-sciences/psychology/mengapa-remaja-suka-menggunakan-bahasa/ (diunduh pada 31 Mei 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar